- Tari Tunggal
Tari tunggal adalah jenis tari bentuk yang
ditarikan oleh seorang penari, boleh laki-laki meupun perempuan. Dilihat dari
tema penggarapannya biasanya berlatar belakang cerita kepahlawanan, percintaan,
dan kegembiraan. Biasanya menceritakan seorang tokoh yang dikagumi atau
diidolakan masyarakat. Berikut adalah beberapa contoh tarian tunggal, yaitu:
1.
Tari Topeng Cirebon
Tari Topeng Cirebon
adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Tari Topeng Cirebon, kesenian
ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Indramayu, dan Jatibarang.
Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng pada saat menari. Tari
Topeng ini sendiri banyak ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal
gerakan, meupun cerita yang ingin disampaikan.
Salah satu jenis
lainnya dari tari topeng adalah tari topeng kelana kencana wungu merupakan
rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana Wungu
yang dikejar-kejar oleh Prabu Minakjinggo yang tergila-gila padanya. Pada
dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter
menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru,
mewakili karakter yang lincah namun anggun. Minakjinggo (disebut juga kelana),
dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, temperamental dan
tidak sabaran.
Tari ini karya
Nugraha Soeradiredja. Salah satu maestro tari topeng adalah Mimi Rasinah, yang
aktif menari dan mengajarkan kesenian Tari Topeng di sanggar Tari Topeng Mimi
Rasinah yang terletak di desa Pekandangan, Indramayu. Sejak tahun 2006 Mimi
Rasinah menderita lumpuh, namun ia masih tetap bersemangat untuk berpentas,
menari dan mengajarkan Tari Topeng hingga akhir hayatnya, Mimi Rasinah wafat
pada bulan Agustus 2010 pada usia 80 tahun.
2.
Tari Dewi Anjasmara
Tari Dewi Anjasmara
adalah tarian tunggal atau solo yang ditarikan oleh seorang perempuan. Tari ini
berasal dari Jawa Barat. Tari Dewi Anjasmara ini menggambarkan Anjasmara putri
yang mulia dari saga Jawa, tentang Damarwulan dan lawannya Minak Jinggo.
Cerita ini sudah
ada sejak abad 15 di Jawa, tetapi koreografi tarian ini berasal dari abad ini,
koreografernya adalah Raden Tjetje Somantri. Cerita dari tarian ini adalah saat
Menak Jinggo mengancam kerajaan Majapahit, karena sang ratu telah menolak untuk
menikah dengannya dan menjadi pengikutnya. Kemudian sang putrid Anjasmara
meminta bantuan seorang ksatria. Ksatria itu adalah Damarwulan yang akan
menjadi pahlawan dari cerita ini. Putri Anjasmara sangat menyesalkan misinya
untuk menaklukkan Menak Jinggo. Tarian ini menunjukkan bagaimana sang putri
Anjasmara sedang mempersiapkan untuk memenuhi Damarwulan sebelum ia akan
berangkat untuk berperang melawan Minak Jinggo. Suasana hatinya terus dan terus
berubah-ubah, tapi kecantikkanya yang akan berhasil. Pada Tari Dewi Anjasmara
ini melambangkan bahwa kecantikkan seorang wanita akan berkembang karena
pengabdiannya terhadap orang yang dikasihinya atau dicintainya.
- Tari Berpasangan
Tari berpasangan adalah bentuk penampilan
tari yang ditarikan secara berpasang-pasangan. Perbedaan tari berpasangan
dengan tari tunggal adalah pada bentuk penyajiaannya yang memiliki unsure
interaksi gerak yang saling melengkapi, saling mengisi, dan merespons antara
individu penari dengan pasangannya.
3. Tari Salipuk
Tari
Salipuk adalah tarian asli dari kota Nganjuk, tarian ini ditarikan oleh
sepasang muda mudi yang berarti tarian pergaulan Tari Salipuk adalah
pengembangan dari Tari Tayub yang sebelumnya sudah ada di Nganjuk, Tari ini
sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda yang berawal dari pengamen yang
bernama Salipuk, pekerjaan setiap hari adalah berkeliling kampung untuk
menghibur orang sambil membawa kendang. Orang-orang sangat menyukai hiburan
yang diberikan oleh Salipuk, sehingga dia sering dipanggil ke kampung-kampung
untuk menghibur orang. Lalu dia akhirnya mengembangkannya menjadi tari yang
berpasangan. Sampai saat ini tari Salipuk masih banyak ditarikan pada
acara-acara tertentu seperti acara resmi, acara perkawinan atau pada saat
upacara adat.
Meskipun
tarian ini hanya melibatkan dua orang, tetapi atraksi tari ini membutuhkan
tempat yang luas karena gerakannya sangat dinamis dan penarinya harus berlari
kesana-kemari. Tari Salipuk menggunakan iringan musik tradisional Jawa dengan
tembang khusus yang liriknya sesuai dengan jalan cerita tarian.
4.
Tari Serampang Dua Belas
Tari Serampang Duabelas merupakan tarian tradisional
Melayu yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang. Tarian ini diciptakan oleh
Sauti pada tahun 1940-an dan digubah ulang oleh penciptaya antara tahun
1950-1960. Sebelum bernama Serampang Duabelas, tarian ini bernama Tari Pulau
Sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu Pulau
Sari.
Sedikit ada dua alasan mengapa nama Tari Pulau Sari
diganti Serampang Duabelas. Pertama, nama Pulau Sari kurang tepat karena tarian
ini bertempo cepat. Menurut Teuku Mira
Sinar, nama tarian yang diawali kata ‘pulau’ biasanya bertempo rumba. Sedangkan
Tari Serampang Duabelas memiliki gerakan bertempo cepat seperti Tari Serampang
Laut. Nama duabelas sendiri berarti tarian dengan gerakan tercepat di antara
lagu yang bernama serampang. Kedua, penamaan Tari Serampang Duabelas merujuk
pada ragam gerak tarinya yang berjumlaj 12, yaitu: pertemuan pertama, cinta
meresap, memendam cinta, menggila mabuk kepayang, isyarat tanda cinta, balasan
isyarat, menduga, masih belum percaya, jawaban, pinang-meminang, mengantar
pengantin, dan pertemuan kasih.
Tari Serampang Duabelas berkisah tentang cinta suci
dua anak manusia yang muncul sejak pandangan pertama dan diakhiri dengan
pernikahan yang direstui kedua orangtua sang dara dan teruna. Oleh karena
menceritakan proses bertemunya dua hati tersebut, maka tarian ini biasanya
dimainkan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan. Namun demikian, pada
awal perkembangannya tarian ini hanya dibawakan oleh laki-laki karena kondisi
masyarakat pada waktu itu melarang perempuan tampil di depan umum, apalagi
memperlihatkan lenggak-lenggok tubuhnya.
5.
Tari Kanjar
Tarian ini tidak jauh berbeda dengan Tari Ganjur, hanya saja tarian ini
ditarikan oleh pria dan wanita dan gerakannya sedikit lebih lincah. Komposisi
tariannya agak lebih bebas dan tidak terlalu ketat dengan suatu pola, sehingga
tarian ini dapat disamakan seperti tari pergaulan. Tari Kanjar dalam
penyajiannya biasanya didahului oleh Tari.
- Tari Massal atau Berkelompok
Tari berkelompok adalah bentuk penampilan
tari yang ditarikan oleh banyak penari atau lebih dari dua orang. Dalam tarian
berkelompok dituntut keserempakan dan keseragaman gerak yang lebih tinggi agar
pertunjukan tariannya tampak lebih dinamis dan indah. Para penari perlu menyamakan
presepsi akan tariannya. Semua ini dimaksudkan agar dalam pementasan mereka
tampak kompak dan serasi satu sama lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh
dari tari berkelompok, yaitu:
6.
Tari Serimpi
Tarian Srimpi ini diciptakan pada zaman Sultan
Hamengku Buwono V (1822-1855), dikenal dengan nama “Srimpi Hadi Wulangun
Bronto”, yaitu kisah asmara yang luhur antara Dewi Renggowati dari Bojonegoro
dengan Prabu Anglingdarma dari Malowopati. Sekarang lebih dikenal dengan
sebutan Srimpi Renggowati.
Berlainan
dengan tari srimpi yang umumnya terdiri atas empat orang penari, srimpi
Renggowati ini dilakukan oleh lima orang penari wanita. Akan tetapi, penari
srimpi itu sendiri memang empat orang, yang kelima adalah penari sebagai Dewi
Renggowati. Ketika keempat penari Srimpi itu menari, Dewi Renggowati diam saja.
Baru setelah yang keempat duduk, ia mulai menari.
Pada
bentuknya yang kuno, pakaian srimpi ini menggunakan paes (kostum) seperti
pengantin lengkap dengan gelung bokornya. Di samping itu, menggunakan cara
berkain pinjungan, yaitu cara gadis kecil memakai kain, tetapi masih ditambah
dengan kemben yang dililitkan seputar dada, yang ujungnya diikat seperti
selendang kecil yang panjang menjuntai hamper sampai lutut.
Dalam
pertunjukkan lain Srimpi Renggowati menggunakan gaya zaman Sultan
Hamengkubuwono VII akhir, yaitu tetap masih dengan paes dan gelung bokor,
tetapi memakai baju seperti srimpi umumnya dengan kain dan seredan sebelah
kiri.
Sesuatu
yang khas dalam rangkaian gendhing yang mengiringi tari srimpi ini adalah
karena dua pathet dalam laras slendro sanga dan pathet manyura telah disatukan
dalam komposisi gendhing secara utuh bersambung. Pada permulaannya
mempergunakan lagu-lagu laras slendro pathet sanga, namun berakhir dengan
lagu-lagu laras slendro pathet manyura.
7.
Tari Kecak
Tari
Kecak berasal dari Bali. Tari Kecak merupakan sebuah pertunjukan seni khas Bali
yang sudah banyak terkenal di penjuru dunia. Tari Kecak pertama kali dilakukan
sekitar tahun 1930. Lagunya diambil dari ritual tarian Sanghyang kuno yang
sampai saat ini masih dilakukan beberapa desa.
Selama
tarian Sanghyang, seseorang akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan
komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur, dan kemudian menyampaikan
harapan-harapannya pada masyarakat. Yang membuat Tari Kecak istimewa adalah
semua music dan suara berasal dari manusia. Suara manusia yang kompak dan
beruntun membuat suasana benar-benar hidup. Hanya ada beberapa suara yang
berasal dari krincingan di kaki beberapa penari.
Di
awal pertunjukan, sekitar lima puluh orang penari lelaki yang berlengging dan
hanya memakai sarung poleng dengan corak kotak hitam putih duduk di dalam satu
bulatan melingkari sebuah kayu dengan beberapa lilin di atas kayu tersebut.
Tinggi kayu tersebut kira-kira dua meter. Sambil duduk melingkar, orang-orang
itu membagi diri dalam beberapa nada suara sehingga jika dipadukan akan
terdengar bagus, kompak dan hidup.
Tari
kecak bercerita tentang kisah Ramayana, Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman,
Sugriwa, dan nama-nama lain muncul dalam wujud penari. Rama dibuang dari
kerajaan Ayodya karena dikhianati. Dengan diiringi oleh istrinya yang setia,
Shinta, dan adiknya Laksmana, mereka masuk ke sebuah kawasan hutan bernama
dandaka. Raja raksasa, Rahwana, bertemu dengan mereka tatkala mereka di dalam
hutan dan Rahwana terus menggilai Shinta yang jelita. Dengan ditemani oleh
patihnya, Marica, Rahwana mencari jalan untuk menculik Shinta. Dengan
menggunakan kekuatan ajaibnya, Marica mengubah dirinya menjadi seekor kijang
emas. Shinta yang melihat kijang emas yang cantik itu lantas meminta suaminya
untuk memburu kijang istimewa ini.
Rama
dan Laksamana pergi memburu kijang emas yang diidamkan Shinta. Ketika Rama dan
Laksamana pergi, Rahwana pun menculik Shinta dan membawanya pulang ke
istananya, Alengka (alkisah, pada waktu Rahwana mau menculik Shinta, Jatayu
mencoba melawan, tetapi dapat dikalahkan oleh Rahwana). Rama yang mengetahui
penculikan Shinta oleh Rahwana lantas mencari jalan untuk menyelamatkan
istrinya ini. Ketika itu, datanglah Hanoman, raja segala monyet, membantu.
Tarian Kecak ini diakhiri oleh penari yang menjadi Hanoman menendang sabut yang
sedang terbakar. Bagian ini dikenal dengan tarian api atau fire dance.
8.
Tari Saman
Tati Saman adalah
sebuah tarian suku Gayo di daerah Nanggroe Aceh Darussalam. Tarian ini biasa
ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Selain itu
tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Namun
sekarang, Tari Saman juga dapat kita lihat pada festival-festival tari maupun
lomba Tari Saman. Dalam beberapa literature menyebutkan Tari Saman di Aceh
didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama berasal dari Gayo di
Aceh Tenggara.
Tari Saman
merupakan salah satu media untuk pencapaian dakwah. Tarian ini mencerminkan
pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Sebelum Saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang
tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar)
atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Tari Saman biasanya
ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara
dari para penari dan tepuk mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul
dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronasi dan menghempaskan badan ke
berbagai arah. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa
Gayo. Tarian dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh yang
biasanya duduk ditengah-tengah deretan penyanyi. Karena keseragaman formasi dan
ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para
penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius
agar dapat tampil dengan sempurna.
Tarian Saman
menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian Saman: Tepuk
tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama islam, Syeikh Saman
mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang
disertai dengan syair-syair dakwah islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam
konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religious ini masih digunakan
sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui
pertunjukan-pertunjukan.
Tari Saman termasuk
salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan
gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring
(semua gerak ini adalah bahasa Gayo)
Jumlah penari Tari
Saman biasanya banyak, sampai berpuluh-puluh orang. Lebih baik jika jumlah
penari ini ganjil. Setelah sering dilombakan, muncullah semacam ketentuan,
yaitu yang duduk berjajar bersaf-saf itu jangan sampai kurang dari sepuluh
orang.
9.
Tari Cakalele
Tari Cakalele
adalah tarian perang tradisional Maluku yang digunakan
untuk menyambut tamu ataupun dalam perayaan adat. Biasanya, tarian ini
dibawakan oleh 30 pria dan wanita. Tarian ini dilakukan secara berpasangan
dengan iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup).
Para penari pria biasanya mengenakan parang dan
salawaku (perisai) sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan).
Penari pria mengenakan kostum yang didominasi warna merah dan kuning serta
memakai penutup almunium yang disisipi dengan bulu putih. Saat Tari Cakalele
ditampilkan, terkadang arwah nenek moyang dapat merasuki penari dan kehadiran
arwah tersebut dapat dirasakan oleh penduduk asli.
10.
Tari Tor Tor
Tari Tor Tor adalah salah satu jenis tari
yang berasal dari suku batak di Sumatera Utara. Menurut salah satu pakar tari
Tor Tor dan juga mantan anggota anjungan Sumatera Utara 1973-2010, tari Tor Tor
sudah menjadi budaya Batak sejak abad ke 13. Jika anda mendengar ada sebuah
tari yang akan diklaim oleh Malaysia waktu dekat ini, adalah tarian Tor Tor.
Menurut sejarahnya, Tor Tor sudah ada
sejak abad ke 13 di Sumatera Utara. Nenek moyang orang Mandailing diperkirakan
berasal dari suku Karen yang tinggal di perbatasan Burma dan Myanmar. Tari Tor
Tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Di masa lalu,
tari ini dilakukan oleh patung-patung batu yang telah dimasuki roh. Roh itu
menggerakkan batu seperti menari namun dengan gerakan kaku.
Ada beberapa jenis tari Tor Tor. Ada Tor
Tor Pangurason atau tari pembersihan yang digelar pada saat membersihkan tempat
sebelum adanya pesta agar diberi kelancaran dan dijauhkan dari mara bahaya.
Selain itu ada juga yang dinamakan Tor Tor Sipitu Cawan atau Tari Tujuh Cawan
yang digelar pada saat pengukuhan raja yang menceritakan tentang tujuh bidadari
yang mandi di Gunung Pucuk Buhit. Apabila sebuah desa dilanda musibah, maka
pada tanggal musibah tersebut akan digelar Tarian Tor Tor dengan maksud meminta
petunjuk atas masalah tersebut.
Tari Tor Tor termasuk sangat sederhana
dalam hal gerakan. Para penari Tor Tor cukup membuat gerakan tangan yang cukup
terbatas dengan gerakan kaki jinjit-jinjit mengikuti iringan musik yang disebut
sebagai magondangi yang terdiri dari alat-alat musik tradisional seperti
gondang, suling, terompet batak dan lain-lain.
Busana Tari Tor Tor sangat sederhana. Pria
dan wanita yang ingin menarikan Tari Tor Tor cukup mengenakan baju biasa yang
dikenakan saat pesta. Baju ini dilengkapi dengan aksesoris berupa tenunan khas
batak yang bernama Ulos. Ulos yang digunakan ada dua jenis, yaitu ulos yang
berupa ikat kepala dan ulos yang berupa selendang. Motif selendang ulos yang
digunakan tergantung dari pesta apa yang sedang digelar. Dengan properti busana
yang sangat sederhana seperti ini membuat semua orang yang menghadiri suatu
pesta dapat menari Tor Tor bersama-sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar